Puisi merupakan cara seseorang untuk mengungkapkan isi hatinya. Sobat poemers, kali ini kami akan memberikan kumpulan puisi sosial tentang kemanusiaan yang berhasil kami kumpulkan. Puisi tidak selalu soal puisi cinta, puisi ibu, atau puisi tentang alam dan lingkungan. Tapi puisi bisa juga sebagai ungkapan rasa resah terhadap kehidupan sosial suatu masyarakat
Puisi Sosial Kemanusiaan
Harkat martabat terpilah-pilah
Harta dan pangkat ukuran derajat
Kaya dan miskin jadi penghalang
Kemiskinan merupakan tembok penghadang
Yang kaya makin kaya
Yang miskin makin miskin
Tak akan seiring-sejalan
Tak pernah bisa se-iya sekata
Tak ada guna tak ada nilainya
Kemiskinan dipandang sebelah mata
Ucapan kata menerima
Penolakan hati penuh hina
Tuan siapa ?
Hamba siapa ?
Kasta Berbicara
Kebahagiaan dinilai hanya dengan harta
Hamba sadar tempat hamba dimana
Tuan boleh bangga karena tuan banyak harta
Tuan boleh bangga karena didalam tahta
Semua itu tidak artinya ketika ajal menerpa
Terseok-seok langkah wajah keriputnya
Tertunduk lemas menahan beban
Tumpukkan kilo terpanggul
Hujan keringat basahi badan
Tua raga jiwa muda
Semangat kekar mencari nafkah
Pegal tulang tiada rasa
Lapar dahaga terbiasa
Secangkir kopi jadi penghangat
Sebatang rokok kepulkan asap
Rintik hujan tak jadi penghalang
Kepalkan tangan mengangkat barang
Kesana-kemari mengais rezeki
Kuatkan badan tawarkan jasa
Membawa segenggam koin pelipur lara
3. Wong Cilik
Nafas kami terengah
Jerit kami tertahan
Jiwa kami meronta
Batin kami menangis
Para pedasi disegani
Pejalan kaki dicaci
Kekayaan bebas membungkam
Kebenaran hilang diabaikan
Para terhormat urus surat dipercepat
Kalangan melarat diperlambat
Bukan pelayanan masyarakat
Tapi pengabdian buat pejabat
Ratusan amplop terkantongi
Puluhan keluhan menumpuk
Nasib wong cilik tak peduli
Ribuan tenda digusuri
Lagi-lagi wong cilik harus tercekik
Tangan penguasa kian menggila
Peraturan daerah kian merambah
Wong cilik jadi sasaran panah
Kami berdiri di bumi pertiwi
Bukan untuk dihina dan di injak
Kami pertahankan negeri ini
Dari serakah penjajah hati rakyat
Kemana kami harus salurkan aspirasi ?
Dimana kami dapatkan keadilan sejati ?
Bukan janji-janji yang kami nanti
Tapi keadilan yang kami cari
Wahai penguasa negeri
Dengarkanlah jeritan kami...!
Merajut kasih warnai jiwa
Menyatu didalam hati
Terlukis dalam sanubari
Benang-benang asmara
Kuatkan pintalan cinta
Nyanyian janji hiasi hati
Saling memberi
Saling memiliki
Takkan pernah saling khianati
Itulah tenun hati nan suci
5. Jalan Gelap
Perjalanan hidup ini
Terasa begitu memilukan hati
Tersayat-sayat, tersendat-sendat
Kerikil kehidupan menghadang
Hujan derita tak pernah reda
Tak pernah minta lahir berlumur derita
Tak pernah hendaki hidup seperti ini
Kehendak Sang Pencipta
Harus tetap dijalani
Walau puing-puing derita
Selalu menutupi mata
Gelap nan hampa
Tak pernah tau arah tujuan
Arus derita selalu terbawa
Berlabuh ke dermaga nestapa
Pelabuhan hati terasa sunyi
Mengharap seberkas kasih cahaya Illahi
Modernisasi peracun hati
Pakaian mahal menghumbar janji
Hiasi cemara-cemara gaya hidup mapan
Dengan burung-burung mode kehidupan
Tanah kubur menanti tangis
Kaum hawa tanggalkan pakaian iman
Bukan penutup yang dikenakan
Tapi tren mode ia banggakan
Senyum mulus di pamerkan
Kesana-kemari memasang aksi
Belahan dada tak asing lagi di hati
Operasi plastik pun dinanti-nanti
Rambut merah hiasi bibir gincu sepanjang hari
Tebar senyuman tawarkan obsesi diri
Penyesalan tak terasa di hati, dan kubur pun siap menanti
7. Tanah Waris Menangis
Kupersembahkan padamu
Sesuatu yang tak berharga bagimu
Kutinggalkan sesuatu
Secuil harta keringatku
Bongkahan tanah merah terkelupas
Melepas kepergianku dengan ikhlas
Kuburku menantiku
Dalam balutan doa dan bacaan ayat-ayat suci
Kutinggalkan pesan
Walau tak berkesan
Taburan bunga kini telah tiada
Kiriman doa kini telah lupa
Sejengkal tanah kini diperjual belikan
Bukannya mengenang hari kematian
Hanya sibuk pikirkan harta warisan
8. Negeriku
Dulu kau begitu damai
Aman tentram tak ada demonstran
Negeri yang penuh dengan kekayaan
Negeri gemah ripah loh jinawi
Bersatu teguh
Propinsi utuh
Kini semangat negeri telah runtuh
Luluh lantah diterjang badai politik
Gempa negeri kian kisruh
Bendera partai bikin rusuh
Suara pisah terdengar dimana-mana
Rakyat dengan aparat saling angkat senjata
Negeriku kini tersimpuh malu
Negeriku kini telah gersang
Ribuan nyawa terbang melayang
Oh Tuhan...
Apa salah negeriku ini
Kami rindu kedamaian
Bangkitlah tanah airku
Bangkitlah negeriku
Bangkitlah Indonesiaku
9. Malaikat Tak Bersayap
Kekurangan harta tidak membuatnya hina
Nampak perkasa ragamu
Saat kau ulurkan tangan mutiara kasih
Nampak begitu mulia hatimu
Gubuk reot tempat tinggalmu
Istana surga rumahmu
Cacat wujud tubuhmu
Begitu sempurna nalurimu
Sesuap nasi rela kau bagi
Dahaga rasa tetap kau beri
Tertatih-tatih kau berlari
Angkat tangan menggandeng pedati
Kau membantu tanpa berharap
Sanubarimu begitu tulus nan suci
Kau malaikat penolong
Uluran tangan penuh arti dalam sanubari
10. Tuna Dada
Hartamu melimpah ruah
Mobil mewah dan rumah megah
Kau sebar perusahaan bonafit
Kau tebar bangga sifat pelit
Kau buka cabang disekeliling kota
Kau tutup mata derita sekitarmu
Ratusan dollar kau hamburkan
Recehan rupiah tak kau sedekahkan
Kau kaya harta
Tapi miskin hati
Puisi Sosial Politik
1. Pancasila Berontak
Pancasila jadi dasar pasar
Investasi pengusaha berbicara
Pancasila jadi landasan otoriter
Penguasa tunduk santun bagi sang pengusaha
Rakyat kian terluka
Sila-sila Pancasila hanyalah sebuah nama
Bhineka tunggal ika mulai punah tak bernyawa
Mall ada dimana-mana
Pedagang kecil dirundung duka
Lagu Pancasila hampir tak terdengar
Nyanyian para cukong terdengar samar
Semangat 45 sudah memudar
Ider reformarsi tinggalah janji-janji
2. Garuda Tinggal Nama
Tuhan diabaikan
Penguasa terus berkuasa
Kehadiran Tuhan disepelekan
Segala cara dihalalkan
Kemanusiaan hanyalah topeng belaka
Mencari mangsa menangkan suara
Gempita demokrasi menghumbar janji
Ketika rakyat butuh nasi justru mereka dikeramasi
Persatuan kian renggang
Perang saudara dimana-mana
Baku hantam tak terhindarkan
Rakyat dan aparat yang menjadi korban
Rakyat tak lagi digubris
Wakil berdasi sibuk mengejar kursi
Nyanyian dewan jadi panduan
Agar rakyat terus dibodohi
Keadilan tak lagi menyeluruh
Yang banyak uang dialah pemenang
Maling sandal hukuman tahunan
Sang tikus berdasi bebas kesana-kemari
Garuda Pancasila tinggalah nama kenangan
Tak lagi jadi landasan hidup bernegara
Tak lagi ada dalam diri penguasa
Hanya tinggal nama untuk selamanya
3. Bumi menangis
Derita Jelata kian menjerit
Badai bencana guncang dunia
Misteri merapi lantahkan bumi
Luapan tsunami ratakan tanah pertiwi
Disinilah tanah jiwa kami
Tempat untuk mengais rezeki
Tempat dimana jelata bertahan
Hidup mati diperjuangkan
Sementara penguasa semakin menggila
Tanah kubur kian tergusur
Para elit tersenyum penuh gembira
Tanah warisan diperjual belikan dengan canda tawa
Disini jelata menanti
Uluran manis penguasa hati
Namun janji sayang tak kunjung datang
Disini pertiwi menangis pilu
Derita bencana dimana-mana
Para penguasa lari tak tau rimbanya
Bagaimana sobat poemers kumpulan puisi tentang kehidupan sosial diatas? Kalau suka kalian jangan lupa bookmark dan subscribe ya. Semoga puisi tentang sosial diatas bisa memberikan makna bagi para pembaca sekalian.