Contoh Cerpen Persahabatan Sejati Singkat Beserta Strukturnya
Contoh Cerpen Persahabatan |
Contoh Cerpen Persahabatan – Cerpen persahabatan adalah cerita pendek yang mengisahkan bagaimana seseorang memiliki sahabat sejati. Perjalanan hubungan persahabatan biasanya penuh lika-liku dan drama. Persahabatan biasanya dijalankan oleh dua orang atau bahkan lebih. Persahabatan dilandaskan kejujuran, saling setia dan sayang.
Itulah mengapa jika pasangan sahabat itu pria dan wanita, tak jarang pula yang menjadi pasangan sejoli alias berpacaran bahkan hingga menikah. Sahabat saling memahami satu sama lain. Itulah yang membuat kawanan sahabat bisa bertahan hingga bertahun-tahun.
Cerpen persahabatan memberikan pelajaran hidup, penuh makna dan menginspirasi. Drama atau cerita yang disajikan umumnya ringan dan mudah dipahami.
Contoh Cerpen Persahabatan Sejati
Contoh Cerpen Persahabatan |
Cerpen Persahabatan : Sore Hari di Pantai Kuta
Hai! Namaku Malika Nattaya. Orang asli Bali. Sekarang aku sedang di Pantai Kuta. Menikmati angin sore. Sore ini sangat cerah. Aku menulis sesuatu di pasir menggunakan kayu. ‘Malika dan Erin’ itu yang kutulis.
Erin adalah sahabatku. Nama lengkapnya adalah Erina Matthew. Sekarang dia sudah menemui sang kuasa. Aku teringat kejadian itu. Mataku mengalir.
“Malika!!!” Erin berteriak saat aku sedang menangis di pantai ini. Aku tidak menghiraukannya.
“Hey! Kenapa kau menangis?” Tanyanya.
“Baju ibu hanyut di laut” kataku. Aku takut dimarahi ibu.
“Akan aku ambilkan!” Erin melepas bajunya.
Dengan leging dan kaus ia berenang ke laut, padahal waktu itu sudah hampir malam. Aku terus menunggu dengan cemas. Sampai seorang nelayan datang menghampiriku.
“Adek ngapain malam-malam disini?” Tanyanya.
“Bapak akan melaut? Tolong carikan teman saya, dia dari sore belum kembali” aku dengan gelisah menjelaskan.
Bapak itu mengangguk. Aku disuruh menunggu di rumahnya.
Esok pagi bapak itu kembali dengan Erin.
Aku sangat senang. Tapi raut wajah bapak itu tidak senang.
“Maaf dek, teman adek sudah ditemukan mengambang di air. Dan dia sudah pergi” bapak itu berkata dengan wajah tertunduk.
Aku tak percaya akan hal ini. Sahabatku pergi karena aku!. Aku menyesali perbuatanku untuk tidak melarangnya. Aku menangis sejadi-jadinya saat itu.
Kini pantai ini adalah saksi bisu persahabatan kami, dan untuk pengorbanan Erin. Semoga kau tenang disana Erin!
SELAMAT JALAN ERIIN!!!
Cerpen Persahabatan : Persahabatan Hancur Karena Cinta
Salah satu hal yang bisa membuat seseorang lupa akan segalanya yaitu Cinta. Cinta membuat kita rela berkorban apapun yang kita miliki. Untuk wanita, menurutku lebih baik mencintai daripada dicintai. Jangan berharap seseorang yang belum tentu mencintai kita, tetapi terima orang yang mencintai kita apa adanya.
Karena mencintai tanpa dicintai seperti olahraga dengan jangka waktu lama tetapi tidak membuat kurus. Karena itu belajarlah mencintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain. Itu sedikit basa-basi dariku.
Aku Amel, siswa kelas XI. Dulu aku selalu menolak dan mengabaikan orang-orang yang menyatakan cintanya kepadaku. Tetapi sekarang justru aku yang selalu diabadikan oleh orang yang aku cintai.
Aku suka dengan teman sekelasku, namanya Ferdin , dia merupakan sahabat dekatku sejak lama. Awal diriku suka dengannya berawal saat aku kenalan dengannya dan berteman cukup akrab dan lama-lama dekat, sehingga sekarang diriku jatuh cinta.
Oh iya, aku punya teman bernama Afni, dia temanku sejak SMP. Sedangkan Aku, Afni, dan Ferdin sudah berteman dekat sejak masuk SMA.
Suatu waktu aku melihat Afni dan Ferdin bercanda bersama dan mereka terlihat akrab seperti orang pacaran. Jujur, akupun cemburu melihatnya tetapi aku masih menyembunyikan kecemburuan itu didepan Afni.
Tetapi lama-lama rasa yang terpendam ini ingin dikeluarkan, akhirnya aku memutuskan untuk cerita ke Afni tentang perasaanku ke Ferdin.
“Af, aku mau ngomong sesuatu nih, tapi jangan ngomong ke siapa-siapa ya”
“Kamu mau ngomong apa mel?” tanya Afni.
“Jujur aku suka dengan Ferdin sejak lama, dan aku cemburu saat kamu dekat sama Ferdin!” Jawabku.
“Kamu suka sama Ferdin? Serius mel?” Tanya Afni.
“Iya, tapi kamu jangan bilang ke Ferdin ya” Ucapku.
“Iya, maaf sebelumnya kalau aku udah bikin kamu cemburu” Jawab Afni.
“Oke” Jawabku.
Semakin lama aku semakin dekat dengan Ferdin, tetapi aku perhatikan bahwa Ferdin tidak akan pernah jatuh cinta denganku. Walau seperti itu, aku tetap berjuang sepenuh hati. Dan ternyata Afni juga suka dengan Ferdin.
Akupun merasa kecewa setelah membaca buku diary tersebut, karena sahabat baikku ternyata suka dengan cowok yang sama denganku. Tetapi aku berfikir, rasa suka itu berhak untuk siapapun.
Saat di taman sekolah, aku melihat Afni dan Ferdin sedang mengobrol. Mereka terlihat lebih serius daripada biasanya, akupun penasaran dan menguping percakapan mereka dibalik pohon.
“Afni, aku suka sama kamu, kamu mau ngga jadi pacarku?” Tanya Ferdin.
Afni kaget sekaligus bingung mendengar pertanyaan itu. Tetapi pada akhirnya Afni menerima tawaran itu dan mulai menjadi pacar Ferdin tanpa memikirkan perasaanku, sahabatnya sendiri.
“Iya aku mau” Jawab Afni.
Aku yang mendengarkan jawaban Afni langsung kaget dan keluar dari balik pohon, karena aku tak menyangka sahabatku akan tega melakukan hal itu.
“Af, kamu pacaran sama Ferdin? Selamat ya kamu udah bikin aku sakit hati”
Afni dan Ferdin kaget karena aku keluar dari balik pohon secara tiba-tiba dan langsung berkata seperti itu.
“Maafin aku mel, tapi aku jujur cinta banget sama Ferdin” Jawab Afni.
“Yaudahlah”, aku pergi meninggalkan Afni dan Ferdin.
Aku pergi dengan perasaan campur aduk tidak karuan dan masih berpikir mengapa sahabatnya sendiri tega melakukan hal itu. Padahal afni tahu kalau diriku sudah lama mengejar Ferdin.
Maka persahabatanku dengan mereka berdua hancur karena cinta. Disini aku memberi amanat bahwa utamakanlah sahabatmu daripada pacarmu, karena orang yang selalu hadir disaat kamu senang dan susah itu sahabat.
Cerpen Persahabatan : Sahabat Sejati
Pagi itu di sekolah bersama 7 orang sahabatku yaitu Najla, Dian, zahawwa, Nadiya, Nisrina, Fevi dan Alfiyah sedang baris di lapangan upacara bendera 17 Agustus, Kami selalu bersama-sama kemanapun. Walaupun kami tidak satu kelas tapi kami selalu bermain bersama-sama.
Setelah libur panjang sekolah kami jarang komunikasi sehingga saat masuk sekolah kami seperti tidak peduli satu sama lain, aku juga bingung, Batinku mengucapkan “lah kok hari ini kayak gini yah?”
Aku ingin menyapa mereka tapi… Pada saat aku ingin menyapa Bell masuk berbunyi “Kriingggggg”.
Yahh udah Bell nanti aja deh.
Setelah selesai PBM aktif aku ingin mengajak mereka bermain, “hai!!!” Ucapku kepada Nadiya
“Hai juga” Jawab Nadiya
Batinku berkata lagi “lah kok gak kayak biasanya sih, biasanya langsung main atau gak ke perpustakaan tapi kok dia kayak gak ingat gitu, kenapa yah?”
7 orang sahabatku menjadi bisu seperti tidak mengenal satu sama lain, aku pun sedih, hingga pulang sekolah aku masih terpikir sampai ke rumah kenapa yahhh tadi gak kayak biasanya yang selalu ceria, ketawa-ketawa, senyum-senyum. Aku pun menangis sambil menulis di buku diaryku air mataku menetes ke buku diary itu.
Cerpen Persahabatan : Sahabat Sekolah
Namaku Sinta Putri, aku sangat senang dengan pelajaran Bahasa Indonesia dan Biologi. Aku mempunyai sahabat yang unik bernama Aulia, dan aku bingung dengannya.
Dikarenakan sahabatku orang yang sangat sensitif. Menurut dia, aku tidak boleh suka dengan kedua pelajaran tersebut. Padahal itu hakku.
Suatu waktu disaat pelajaran bahasa inggris, tidak tahu mengapa tiba-tiba aku suka dengan pelajaran tersebut. Mungkin juga karena guru yang mengajarkan mempunyai cara penyampaian yang baik. Otomatis aku juga mulai aktif di kelas saat pelajaran bahasa inggris.
Teng teng teng, bunyi bel sekolah, waktu istirahat tiba.
Saat itu aku langsung menghampiri Aulia untuk mengajaknya ke kantin.
“Aul, ke kantin yuk?” ajakku.
“Ngga, aku ngga mau lagi sahabatan sama kamu!” jawabnya sembari buang muka.
Awalnya kejadian seperti itu hanya sekali dan kita berdua balikan seperti semula. Tetapi lama-kelamaan terjadi hal yang serupa. Sangat aneh.
Aulia bukannya mengerti perasaanku, justru bikin aku kesal. Ceritanya begini, waktu Ujian Tengah Semester (UTS) dia kesusahan menjawab soal pelajaran Biologi, disaat itu dia melihat ke arahku. Aku dan Aulia tidak satu bangku, Aulia tepat di depan tempat aku duduk.
“Sin, kamu tahu ngga nomor 5 essay? minta jawabannya dong satu aja!” tanya Aulia sembari memohon.
“Udah si, ini kan bukan ulangan biasa!” jawabnku.
“Yah kamu..” sembari jengkel.
Aku cuek saja akan hal itu dan berharap bahwa dia akan intropeksi diri. Coba bayangkan, dia sudah membuatku sakit hati dan dia ingin meminta jawaban UTS.
Beberapa hari kemudian hasil nilai UTS Biologi dibagikan dan diumumkan. Aku mendapat nilai 90 sedangkan Aulia mendapat nilai 75. Aku bisa melihat tatapan iri di sahabatku itu, dan aku sadar bahwa bersahabat dengan orang yang suka iri hati adalah hal yang susah.
Cerpen Persahabatan : Tragedi
“Lihatlah, bagaimana menurutmu?” ucapmu antusias. “Aku terlihat cantik, bukan?”
“Ya, kau selalu terlihat cantik.”
“Lantas apa lagi yang kau tunggu? Ayo, bantu aku berdandan sekarang.”
Kau menyodorkan peralatan make-up, juga sisir yang sebelumnya tertata rapi di atas meja rias. Memintaku agar membantumu merias diri di hari yang sudah kau nantikan selama ini.
Sebagai calon pengantin kau terlihat sangat bahagia. Senyuman manis bahkan selalu tersungging di wajahmu. Mungkin kau sudah tidak sabar untuk melewati setiap rangkaian acara yang akan menjadi bukti penyatuan cinta kalian berdua. Saling mengucapkan janji suci untuk setia sehidup semati. Menjalani hari-hari dalam keadaan suka maupun duka.
Andai saja aku bisa merasakan juga kebahagiaan itu, pasti sudah kulakukan apa yang kau inginkan. Tapi pada kenyataannya, justru kesedihanlah yang kurasakan saat ini.
Sebagai calon pengantin kau terlihat sangat bahagia. Senyuman manis bahkan selalu tersungging di wajahmu. Mungkin kau sudah tidak sabar untuk melewati setiap rangkaian acara yang akan menjadi bukti penyatuan cinta kalian berdua. Saling mengucapkan janji suci untuk setia sehidup semati. Menjalani hari-hari dalam keadaan suka maupun duka.
Andai saja aku bisa merasakan juga kebahagiaan itu, pasti sudah kulakukan apa yang kau inginkan. Tapi pada kenyataannya, justru kesedihanlah yang kurasakan saat ini.
“Ah, sepertinya warna ini terlalu terang. Aku tidak suka.”
Aku terpatung. Menatap wajahmu dari cermin dengan mata berkaca-kaca. Sementara itu kau masih saja meracau tanpa menyadari sesuatu dan hatiku semakin sakit mendengar apa yang kau ucapkan.
“Hey, apa yang kau lakukan?” katamu membuyarkan lamunanku. “Cepatlah, atau aku akan terlambat nanti.”
“Lis….”
“Ah, kau ini benar-benar lamban. Berikan padaku!”
“Hentikan, Lis!”
Kau terhenyak. Menatap wajahku dengan tubuh yang gemetar usai aku membentakmu. Sebenarnya aku tidak bermaksud demikian, tapi aku tidak punya pilihan selain melakukan hal itu.
Trauma yang kau rasakan sudah cukup menyedihkan, dan aku tidak ingin melihatmu semakin terluka.
“Sadarlah,” bisikku sambil memelukmu dengan erat. “Kumohon jangan seperti ini lagi.”
Seketika keheningan menyergap di antara kita. Tak ada lagi yang terdengar selain isak tangis yang mendera. Saat itu mungkin kau sudah mengingat apa yang telah menimpa Roni calon suamimu, di hari pernikahan kalian.
Kita sama-sama tahu bahwa takdir telah merenggutnya darimu, tapi terpuruk dalam waktu yang lama bukanlah sebuah jawaban.
Hidup terus berjalan, dan masa lalu yang kelam seharusnya tidak menjadi penghalang bagimu untuk merasakan kebahagiaan. Apalagi sampai membuatmu berputus asa.
“Cobalah untuk mengikhlaskan kepergiannya,” bisikku. Kau mengangguk sambil terus terisak.
Setelah puas menumpahkan air mata, aku menyuruhmu duduk di tepian ranjang. Di saat kau mulai tenang, aku bergegas merapikan gaun pengantin dan peralatan make up yang berserakan. Sejurus kemudian, kamarmu sudah rapi seperti sedia kala.
“Aku ambilkan minum dulu, ya. Tidak apa-apa kan, kutinggal sebentar?”
Kau mengangguk, menyetujui ucapanku. Tak ingin membuatmu menungggu terlalu lama, aku segera menuju dapur. Mengambil segelas air minum dan semangkuk sup hangat sesuai permintaan ibumu.
Kata beliau, beberapa hari ini kau tidak bersemangat saat makan. Suka mengurung diri di kamar, dan tiba-tiba saja kau bersikap aneh sejak tadi pagi. Karena itulah aku datang menemuimu usai perempuan paruh baya itu meneleponku.
“Bangunlah, Lis. Aku membawakan ini untukmu,” ujarku sambil meletakkan nampan di atas meja.
Tak ada jawaban. Khawatir makanan yang kubawa menjadi dingin, aku membangunkanmu. Menggoyang tubuhmu perlahan sampai akhirnya menyadari sesuatu.
“Aaaa!!!”
Ibumu datang begitu mendengar teriakanku. Menangis tersedu-sedu di samping tubuh anaknya yang sudah terbujur kaku.
Sedangkan aku masih sibuk menyumpal darah yang keluar dari pergelangan tanganmu.
“Bangun, Lis!” jeritku dengan suara parau. “Banguuun!!!”
Aku termangu saat kau tak kunjung membuka mata, juga setelah aku menyadari bahwa kau telah pergi. Menyusul Roni yang telah meninggalkanmu sebelum pernikahan kalian terjadi, seminggu yang lalu. Kenyataan pahit itulah yang akhirnya membuatku kehilanganmu – sahabat tercinta, untuk selamanya.
Ciri-ciri Cerpen Persahabatan
Agar lebih mudah untuk membedakan antara cerpen denggan karya sastra lainnya, mari lihat beberapa ciri berikut ini :
- * Cerita terdiri kurang dari 10.000 kata.
- * Berisi cerita fiktif (khayalan).
- * Dapat diselesaikan dalam sekali baca.
- * Hanya terdiri dari 1 alur saja.
- * Bercerita tentang kehidupan sehari-hari.
- * Karakter dengan penokohan yang sederhana.
- * Memiliki masalah beserta penyelesaiannya.
- * Memiliki sebuah amanat di dalam ceritanya.
Unsur Cerpen Persahabatan
1. Unsur Intrinsik
Adalah unsur-unsur yang membangun sebuah cerpen dari dalam. Setidaknya ada 7 unsur instrinsik cerpen yang harus kalian ketahui, antara lain :
Gagasan umum yang menjadi dasar dari keseluruhan cerita dalam cerpen. Misalnya seperti persahabatan, percintaan, comedy dan lain sebagainya.
Tokoh merupakan orang/karakter yang terlibat di dalam cerita. Sedangkan penokohan adalah sifat, watak ataupun kepribadian dari seorang tokoh. Diantaranya ada protagonis sebagai karakter utama, Antagonis sebagai lawan dari Protagonis, serta Tritagonis yang menjadi penengah.
Merupakan alur cerita dari sebuah cerpen. Berisi tentang serangkaian tahapan dimulai dari perkenalan, munculnya masalah, klimaks, anti klimaks dan penyelesaian. Secara umum, pengarang bisa menggunakan alur maju maupun mundur untuk mengisahkan ceritanya.
Biasa juga disebut sebagai latar, mengacu pada tempat, waktu dan juga suasana ketika cerita berlangsung. Hal ini sangatlah penting agar pembaca bisa membayangkan kondisi di dalam cerita.
Merupakan arah pandangan seorang pengarang ketika ia sedang menyampaikan cerita. Umumnya ada 3 jenis sudut panjang yang sering digunakan. Sudut pandang orang pertama (aku, saya), sudut pandang orang kedua (kamu) dan sudut pandang orang ketiga (dia, nama orang).
Adalah ciri khas penceritaan yang digunakan si penulis dalam menyampaikan tulisannya. Ditandai dengan penggunaan majas, diksi dsb.
Merupakan nasihat atau pesan yang bisa kita ditemui di dalam cerita. Sehingga sebuah cerpen dapat meninggalkan pesan moral yang menjadi pelajaran bagi para pembaca.
2. Unsur Ekstrinsik
Adalah unsur yang mempengaruhi sebuah cerpen dari luar. Hal ini cenderung berkaitan dengan diri si pengarang dan lingkungannya. Berikut ini beberapa unsur ekstrinsik cerpen :
Salah satu faktor utama yang menjadi pendorong bagi si pengarang untuk menulis cerpen tersebut. Hal ini juga termasuk dengan kondisi psikologis, keadaan ekonomi dan juga aliran sastranya.
* Kondisi Masyarakat Sekitar
Kondisi yang ada di sekitar pengarang juga akan ikut mempengaruhi cerita yang ditulisnya. Hal ini bisa dari kondisi politik, sosial, budaya dan lain sebagainya.
* Nilai Norma di Masyarakat
Ketika seorang pengarang hidup di dalam suatu kelompok masyarakat. Maka ia akan tumbuh dengan norma-norma di sana. Hal tersebut bisa dijadikan sebagai inspirasi yang membangun cerita sebuah cerpen.
Cerpen Persahabatan Dan Pengarangnya
Cerpen Persahabatan – kalian pasti sudah tidak asing lagi dong dengan apa itu cerpen? Yap, cerpen alias cerita pendek ini sesuai dengan namanya maka akan berupa karya sastra yang berisikan cerita atau peristiwa dari sang tokoh. Cerpen disebut “pendek” karena hanya memuat kurang dari 10.000 kata saja, sehingga penyampaian ceritanya lebih padat. Sama halnya dengan karya sastra lainnya, cerpen juga dapat memiliki berbagai tema, mulai dari persahabatan, keluarga, politik, agama, dan masih banyak lainnya.
Materi akan cerpen alias cerita pendek telah menjadi bagian dari mata pelajaran Bahasa Indonesia dan diajarkan oleh guru ketika kita duduk di bangku sekolah. Biasanya, guru akan meminta kita mencermati definisi akan cerpen, kemudian praktik menulis cerpen bertema apapun sesuai dengan imajinasi yang kita miliki. Nah kebanyakan murid pasti akan menulis cerpen bertema persahabatan, sebab hal tersebut sangat dekat keberadaannya dengan mereka. Lalu, bagaimana sih contoh dari cerpen yang bertema persahabatan? Yuk simak ulasan berikut ini!
Contoh Cerpen Persahabatan : Arti Persahabatan
Karya: Tafassahu
Nikmatnya bila semua serba tercukupi, semua keinginan bisa terpenuhi sampai barang apapun bisa dibelinya, itulah riska, seorang anak dari konglomerat yang sangat kaya, Ibu dan Ayahnya adalah pengusaha besar yang berada di daerah Jakarta. Namun, hal yang sangat baik dari keluarga itu adalah mereka mampu bersikap dan berperilaku layaknya orang biasa, bersopan santun, ramah terhadap tetangga begitupun kepada orang-orang yang berkunjung ke rumahnya. Tak terkecuali dengan Riska, anaknya manis dan tidak pernah manja dengan orang tuanya, dia bisa bersikap baik terhadap semua orang termasuk teman-temannya sehingga banyak yang betah ketika bertamu ke rumahnya.
Salah satu sahabat terbaik Riska yaitu Ika, dia berasal dari keluarga sederhana, rumahnya yang masih satu kecamatan dengan Riska, membuatnya gampang untuk bermain atau sekedar bertemu dengan Riska. Namun pada hari ini sahabatnya Ika tak pernah keliatan lagi, sudah hampir 3 minggu ini.
“Kok Ika ngga’ pernah keliatan? Kemana ya, biasanya dia selalu masuk sekolah”.
“Mungkin sakit”, jawaban dari Mama.
“Kalo begitu coba nanti sore aku pengen ke rumahnya lagi”, kata Riska sangat bersemangat.
Sudah beberapa kali Riska mengetuk pintu, tetapi tak ada jawaban dari dalam rumah, kemudian tiba-tiba muncul orang dari sebelah rumah.
“Ada apa mba”, tanya orang lelaki itu
“Saya mau mencari teman saya , Ika namanya”, jawabnya cepat
Alangkah terkejutnya Riska mendengar jawaban dari lelaki itu, jika Ika yang selama ini dia kenal dan menjadi sahabatnya mengontrak di rumah itu, kemudian kembali ke desanya karena menurut kabar orang tuanya sudah berhenti bekerja akibat di PHK oleh perusahaannya.
Sekembalinya Riska ke rumah, ia hanya bisa melamun dan tidak bisa berbuat apa – apa. Lantas ia pun bergegas ingin mencari Ika di desanya. “Mama, aku ingin mencari Ika, biarkan dia bisa melanjutkan sekolahnya lagi”, tanyanya
“Baiklah kalo itu keinginanmu, mari bergegas dan segera mencari alamat Ika dahulu”, jawab Mamanya dengan penuh perhatian
Akhirnya keinginan Riska terpenuhi, dan selama beberapa jam bertanya-tanya di tempat pedesaan yang pernah Riska ketahui, bisa menemukan alamat rumah Ika. Kedatangannya pun disambut haru dan isak tangis oleh keluarganya termasuk Ika. Pelukan hangat di antara mereka menjadikan persahabatan semakin erat.
“Ika, kedatanganku sama keluarga ingin mengajakmu kembali bersekolah sekaligus ikut kami ke Jakarta lagi”, kata Riska.
“Soal sekolah dan biaya apapun, kamu ngga’ usah khawatir biar saya yang menanggungnya”, lanjut Papa Riska.
“Baiklah bila Riska dan Bapak Ibu menghendaki dan memberikan kesempatan itu pada saya, saya sangat bersyukur dan banyak mengucapkan terima kasih atas kebaikan Riska dan keluarga”, jawabnya Ika diselingi haru yang luar biasa.
“Terima kasih banyak Pak, Buk, kami tidak bisa lagi harus memberikan imbalan seperti apa, karena hanya petani biasa”, lanjut Ibu dan Bapak Ika. Lalu mereka pun kembali berpelukan untuk kembali menyambut Ika menjadi sahabatnya kembali.
Contoh Cerpen Persahabatan : Mona Lisa
Karya: Grace Paris
Cahaya matahari begitu bersinar pagi ini, Lisa siswi SMA yang sedang terburu-buru ke sekolah terlihat begitu bersemangat tetapi baru di gerbang sekolah terlihat mobil mewah terparkir dan tak beberapa lama kemudian seorang gadis turun sambil dipapah kemudian didudukkan di kursi roda, sambil tersenyum Lisa menghampirinya “Mona”, sapa Lisa dan gadis bernama Mona itu memegang tangan Lisa, “biar Lisa saja yang mendorongku”, ucap Mona pada pengasuhnya.
Mereka berdua melewati lorong sekolah menuju ke kelas, sepanjang perjalanan mereka menjadi bahan tontonan, Lisa dan Mona memang sudah lama bersahabat sejak kecil namun, keadaan Mona yang lumpuh karena sebuah kecelakaan tak membuat persahabatan mereka luntur bahkan Lisa senantiasa menemaninya.
Di sekolah hampir dikatakan mereka selalu bersama bahkan mereka satu kelas, layaknya saudara kandung karena Mona sendiri memang anak tunggal sedangkan Lisa mempunyai seorang kakak tiri yang tidak tinggal bersamanya yang bahkan belum pernah Mona lihat. Setiap akhir pekan mereka saling mengunjungi, bermain dan belajar bersama, namun akhir-akhir ini Mona merasa aneh dengan sikap Lisa, bila Ia ke rumah Lisa saat akhir pekan Ia selalu tidak dapat menemui Lisa, ketika Mona mencoba mengkonfirmasinya Lisa mengungkapkan berbagai alasan.
Suatu hari saat pulang sekolah Lisa dan Mona berjalan-jalan di halaman belakang sekolah, nampak seorang pemuda yang merupakan kakak kelas mereka bernama Willy untuk waktu yang lama Mona tak berhenti menatap pemuda itu. Willy memang terlihat jarang berada di sekolah karena terkenal dengan kenakalannya dan sering bolos tetapi anehnya selalu mendapat nilai tertinggi di ujian.
“Tunggu..” ucap Mona saat Willy melewatinya
“Ada apa?” ucap Willy datar
“Ohh tidak..” gugup Mona dan Willy dengan cueknya terus berjalan.
Sejak pertemuan itu Mona selalu tampak ceria dan sering mengunjungi halaman belakang sekolah. Disana, dia pun akhirnya bisa mengobrol dengan Willy. Melihat itu, Lisa sangat senang karena Mona yang selama ini ia kenal tidak begitu ceria. Sejak ia lumpuh, Lisa pun juga hanya mengamati dari kejauhan. Menurutnya jika Mona bahagia maka dirinya juga bahagia bahkan ia tak ingin Mona sedih suatu hari nanti.
Mona akhir-akhir ini sibuk dengan pertemuannya dengan Willy. Ia tak pernah melihat Lisa kecuali dalam kelas. Merasa bersalah dengan sikapnya sendiri, Mona memutuskan mencari Lisa dan setelah mencari kemana-mana kini Ia harus dihadapkan apa yang dilihatnya. Lisa sedang memeluk Willy. Namun, isak tangis Mona ternyata terdengar oleh Willy dan Lisa.
“Mona.. itu.. gak..” belum sempat Lisa menjelaskan, Mona telah pergi. Namun, karena terlalu sedih, dirinya tak tahu harus kemana dan keluar dari sekolah. Tiba-tiba, Mona malah tertabrak di jalan dan dilarikan ke rumah sakit.
Untuk beberapa hari Mona mengalami koma dan setelah sadar, dirinya melihat keluarganya dan Willy
“Untuk apa kau ke sini?”, tanya Mona sinis kepada Willy.
“Lihat ini..”, Willy memberinya cermin.
“Apa maksudmu? Wajahku tak apa-apa..” ucap Mona sambil bercermin.
“Mata..dan ini dia titipkan untukmu”, ucap Willy keluar meninggalkan Mona dan keluarganya.
‘Hai Mona.. apa kamu baik-baik saja? Kuharap begitu, aku minta maaf atas semuanya bahkan untuk kenangan buruk yang kau lihat sebelum kecelakaan itu. Aku harap kau tak salah paham atas diriku dan Willy. Dia itu kakak tiriku yang belum pernah kau lihat. Aku hanya menyesal tak dapat menemuimu tetapi aku dapat melihat dunia bersamamu. Salam Lisa’ tulis Lisa dalam sepucuk surat itu.
Mona menangis sambil membacanya dan mengetahui bahwa Lisa selama ini mengidap sakit kanker dan selalu pergi berobat saat akhir pekan. Mata yang dirinya ‘pakai’ saat ini adalah milik Lisa.
(8 November 2014)
Contoh Cerpen Persahabatan : Teman Pertama
Karya: Nadira Erwanto
Pernahkah kalian merasa kesepian, tidak mempunyai teman dan sangat dikucilkan? Aku Shanisa. Kalau begitu, izinkanlah aku membagi pengalamanku. Hari ini tanggal 11 Januari, dan aku sangat berharap hari ini pula aku dapat membuat kehidupan di sekolahku lebih baik. Di sekolah ini, aku tidak punya teman satu pun. Sungguh menyedihkan, bukan? Aku tidak pernah dilirik oleh siapa pun. Aku dipandang rendah dan sering sekali dihina oleh mereka. Mereka yang membenciku. Semua ini hanya karena rumor yang sengaja diedarkan oleh seseorang yang amat memarahiku, dia Revon.
Sekolah ini memang dipenuhi oleh anak orang kaya, yang mungkin dapat setiap hari menikmati makanan yang enak dan menonton TV layar lebar. Eksistensiku di sekolah ini dikarenakan beasiswa yang kudapat. Revon menyebarkan berita bahwa aku hanya merupakan anak panti asuhan yang dulunya dibuang oleh kedua orangtuaku. Rumor itu benar, itu fakta. Aku sangat tahu diri. Meski begitu, aku sangat kecewa ketika Revon dapat memengaruhi dan menghasut seluruh siswa untuk tidak berteman
-Oh, bahkan untuk tidak menghiraukan diriku sama sekali. Tentu saja, Revon sang cassanova yang notabenenya seorang ketua OSIS dan anak direktur terkenal pasti akan dipatuhi oleh semua warga sekolah. Tidak akan ada yang berani mencari masalah dengannya. Seringkali aku berpikir mengenai dua hal: Mengapa Revon begitu memusuhiku? Kapan aku dapat mempunyai teman?
Seperti biasa, aku sedang berada di kelas dan duduk di bangku paling pojok belakang. Ruangan kelas ini dipenuhi murid-murid yang saling mengobrol dan bercanda tawa, sementara aku hanya diam memperhatikan mereka. Bel telah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Ketika aku hampir saja memutuskan untuk tidur, mataku menangkap sosok guru yang memasuki ruangan kelas. Setelah ceramah panjang lebarnya, Miss Leina dengan wajah cerianya memberikan pengumuman.
“Hari ini, kelas kalian kedatangan murid baru.” Bertepatan dengan perkataan Miss Leina, sesosok cowok bertubuh jangkung memasuki kelas. Banyak siswi yang berbisik-bisik mengenai cowok tersebut. Ia berdiri di depan papan tulis, dan senyumnya merekah.
“Halo, nama gue Axel. Pindahan dari SMA Evanthius karena pengen nyoba yang baru. Salam kenal.” Setelah beberapa siswi cewek yang genit dan centil itu bertanya seputar info pribadi Axel seperti.
“Pin BBM lo apa?”
“Udah punya pacar belum?”
Akhirnya, Miss Leina kembali berujar sebelum topik tersebut benar-benar melenceng.
“Axel, kamu boleh duduk di tempat kosong yang kamu mau.”
Yang kutahu, setelah ucapan Miss Leina tersebut, cowok itu melangkah menghampiri bangku tepat di sampingku yang membuat seisi kelas bungkam.
—
“Hai, nama lo Shanisa Oktaviana ya? Gue panggil lo apa?”
Axel selalu saja berusaha mengobrol denganku, meski selalu ku akhiri dengan mengabaikannya atau pergi menjauhinya. Jujur, aku sangat kasihan kepada murid baru itu jika ia harus berurusan dengan singa macam Revon. Tapi, kali ini ia menahan lenganku. “Yah, jangan kacangin mulu dong. Kenapa, sih? Gue ‘kan ganteng, kok muka lo kayak ngeliat setan?”
Entahlah, ia memang sangat pede. Aku hanya memutar bola mata malas, lalu akhirnya membalasnya.
“Lo gak usah deket-deket gue. Murid lain aja pada ngelihatin sinis,” ucapku sekejam mungkin. Tampaknya ia belum menyerah, justru nyengir lebar.
“Wah, jahat banget. Gue tahu lo ada masalah sama dia, tapi gue gak peduli.” Aku mengangkat satu alis. Sepertinya, murid baru seperti dia nyari mati.
“Lo bisa ngomong gitu, sampe lo ketemu Revon beneran.” aku menghempaskan tangannya dan pergi meninggalkannya dengan tatapan mengintimidasi dari murid di sekitarku. Baru saja aku melangkah ke toilet, seseorang menahan bahuku dan mendorong tubuhku ke dinding tembok dengan keras. Aku meringis kesakitan, lalu berusaha melihat siapa gerangan orang yang melakukan hal ini kepadaku. Revon, as usual.
Cowok itu menyeringai, tatapannya membunuh. “Gue denger, lo deketin Axel ya? Lo minta gue keluarin dari sekolah ini, huh?” ia memberi jeda. “Udah baik dikasih beasiswa, malah ngelunjak.”
Ia menggertakku dengan keras. Aku hanya bisa memejamkan mata, kekuasannya di sekolah ini memang bagaikan segalanya. Aku tidak dapat berbuat apa-apa, karena aku memang bukanlah siapa-siapa. Namun di saat itu juga, Axel datang.
Ia membelaku, dan menentang segala perkataan Revon. Yang membuatku bingung adalah ketika Revon tidak mengancam Axel sama sekali dan hanya membalas ucapan Axel dengan dingin.
Aku tidak tahu apa yang terjadi di antara mereka. Yang ku tahu, semenjak kejadian itu aku mempunyai sahabat baru, Axel. Semenjak itu pula, aku tidak lagi merasa kesepian dan Revon tidak lagi menggangguku.
Entahlah, cerita ini mungkin sudah selesai namun kehidupanku akan terus berlanjut. Aku tidak tahu apakah akan terjadi hal-hal lain, namun aku tahu bahwa sahabat yang kini ku miliki akan selalu, selalu ada disampingku. Ini tanggal 11 Januari. Namaku Shanisa Oktaviana, dan kini kehidupan di sekolahku telah dihiasi oleh warna.
Contoh Cerpen Persahabatan : Melupakan Teman Dekat
Karya: Azzahra Auliya Rahmah
Teman. Teman adalah seseorang yang paling bisa membuat kita tertawa dengan hal konyolnya. Namaku azzahra biasa dipanggil ajara, aku duduk di kelas 3 SMP. Aku punya 2 temen cowok. Mereka dulu sangat akrab kepadaku dan dinda sahabatku. Namun, semenjak mereka mempunyai temen cewek baru yang lebih asik daripada kita. Mereka menjadi sombong, bahkan kalau bertemu pun tidak saling sapa seperti orang tidak kenal. Mereka seakan-akan melupakan kedekatan kita yang dulu dengan mereka.
Keesokan hari sekolah, jam ke 1 dan 2 gurunya tidak masuk, dan tidak ada tugas dari guru tersebut. Akhirnya Aulia, si ketua kelas memberikan tugas agar mengerjakan LKS saja.
Yaa kalian tau sendiri, murid-murid kalau dikasih tugas bukan oleh gurunya pasti tidak benar ngerjainnya. Kelas pun menjadi berisik karena mengerjakan tugasnya sambil ngobrol, bercanda ataupun bergosip.
Namun,aku dan Dinda berbeda, kita di kelas hanya murung dan sedih melihat teman cowok kita sekarang asik dengan teman barunya itu. Aku dan dinda pun bercerita,
“Din, gue sedih deh, kesel liat mereka, seru banget bercandanya” kataku dengan lemas. “Iyaya jar, mereka gak inget apa dulu deketnya ama siapa?” sahut Dinda.
Aku pun menjawab “Iya, padahal dulu apa-apa ke kita, bercanda sama kita, ngerjain tugas aja bareng kan.” “Ya udah lah jar, mungkin mereka emang udah lupa sama kita”, sambung dinda dengan muka kesal.
“Gua kangen din, kenapa sekarang berubah? kenapa jadi begini sih?” kataku dengan mata berkaca. “Sama kali jar, gua juga kangen. Tapi ya mau gimana lagi? Toh pas dia butuh juga entar larinya ke kita”, jawab Dinda dengan kecewa.
Tak lama pun masuk jam ke-3, kami kurang bersemangat mengikuti pelajaran karena mereka. Namun, apa daya kita tidak bisa buat apa-apa.
Waktu terus berjalan. Aku dan dinda perlahan melupakan mereka, memang sulit rasanya melupakan teman yang dulu sangat dekat dengan kita tiba-tiba pergi begitu saja. Walaupun kadang teringat lagi, tapi memang itu yang harus kita lakukan. Daripada kita mengharapkan orang yang mungkin tidak akan kembali seperti dulu lagi dan juga tidak mempedulikan kita, sebaiknya mencari teman baru yang mungkin lebih mengerti kita.
Contoh Cerpen Persahabatan Pelukan Kami Untuk Kelas
Yah benar, sudah satu bulan penuh liburan sebagai bonus bagi guru terutama murid atas proses pembelajaran dua semester yang telah berlalu. Sekolah sudah kembali merekrut anak kelas tujuh, syukurnya angkatan kami semua lulus dan naik ke kelas sembilan.
Senin ini buru-buru bersiap sekolah dengan sandangan tas baru, penampilan lebih rapi dan terkhusus sepatu hitam tanpa campur warna lain. Lengkap dengan dasi dan rok yang belum ganti jadi abu-abu. Hah, rasanya engga sabar aja untuk menyelesaikan dua semester ini. Tapi setelah dipikir-pikir sangat menyakitkan pastinya jika wajib pisah sekolah dengan sahabat terpaling-paling sayangnya aku. Namun kami selalu berdoa untuk satu sekolah lagi nantinya dengan tujuan SMA yang tentu sama dong.
Dengan pagi yang bahagia melenggang menuju mading sekolah, walau bibirku yang tidak senyum tapi hatiku dari tadi telah berseri-seri tersenyum. Amazing banget, ternyata kami satu kelas lagi. Ah, pengen banget teriak melompat-lompat, tapi jangan deh, lagi rame soalnya.
Lanjut mencari kelas IX-1 yang syukurnya ternyata di lantai bawah.
“Tir sini, aa… kangen berat tau gak.” Tania.
“Iya sama, lagian Ntan, ngapain sih pake acara pulang kampung selama sebulan pula tuh. Tapi syukur banget sih akhirnya kita sekelas lagi” kataku kegirangan sambil duduk di kursi sampingnya Tania.
“Ya mau gimana lagi yah, kalo aku gak ikut orangtua trus sendiri dong di rumah, ngeri banget kalo dibayangin, apalagi malam Tir, ihh ogah mah yaww dipeluk hantu” ujar Tania sambil membayangkan.
“Kan bisa Ntan mu nginep di rumahku”, dengan sedikit sebel menjawab Tania.
“Yaa, mu mah enak bilang gitu, yang segan mah aku nya Tir. Masa selama tiga puluh hari numpang hidup sama keluargamu. Orang tuamu emang gak masalahin tapi kamu tau sendiri lah Fadilah Tania Kiran ini gimana” ujar Tania membela diri.
“Sok malu, sok segan, sok santun, masih banyak lagi.” ucapku bercanda.
“Ihh, TIARA” teriak Tania.
“Iya hadir Ntan, udah ah hayuklah ke lapangan.” bujukku sebelum emosinya memuncak dan berhubung sebentar lagi jam tujuh tepat.
Berbaris rapi, siap dan tegap untuk mengikuti upacara bendera yang dilakukan pengurus OSIS pagi ini. Seusai upacara dengan sedikit susah diatur bagi siswa baru yang telah seminggu sudah menyelesaikan masa pengenalan lingkungan sekolah atau singkatnya MPLS. Seperti biasa di awal masuk pasti bersama walas dan tak luput dari pengenalan diri. Berhubung kami telah dua tahun bersama tentu tidak ada yang tidak kenal lagi, ada yang satu organisasi, dikenalkan dari teman satu kelas dulu, dan lainnya.
“Baiklah semuanya kita sudah menyepakati perangkat kelas tanpa debat, berhubung lima menit lagi istirahat kita cukupkan sampai disini. Pesan Ibu tolong patuhi semua kesepakatan dengan guru mata pelajaran kalian. Ibu pamit dulu dan silahkan istirahat”, penyampaian arahan berwibawa dari wali kelas kami Bu Walen, yang biasa dipanggil Bu Wal mengajar seni budaya.
“Baik Bu, siap Bu, oke Bu.” berbagai jawaban kelas dengan tujuan yang sama.
“Bawa bekal kan Ntan?” tanyaku.
“Yooii bawa, makan di kelas atau gazebo Tir?” Tania.
“Kelas aja deh.” kami makan sambil berbincang-bincang.
“Jujur deh, seneng banget loh kita sekelas lagi.” Tania. “Iyalah, inget yah kita bukan musuh bukan saingan, kita satu kelas lagi dan terpenting sahabatan. Jadi harus saling menguatkan terutama kerjasama yang legal.” ujarku.
“Contohin dong yang ilegal tuh kayak mana.” canda Tania. “Yaelah, kayak mu yang minta contekan ujian waktu itu loh.” ujarku sok serius.
“Enak aja, emang pernah yah?” tanyanya.
“Yah, sok lupa dia”, ujarku sambil tertawa dan Tania beneran mikir kapan dia nyontek, padahal kan emang gak pernah, setauku.
“Udah-udah ah, janji dulu kita akan terus saling menguatkan, membantu dan kerjasama sesuai kemampuan kita”, kata Tania serius.
“Iya, janji, janji, janji.” ucap kami mode serius saling menautkan kelingking dan serentak mengucapkan “SAH.” lalu tertawa terbahak-bahak.
Sebulan ini telah berlangsung kegiatan kami seperti biasa. Tiba-tiba Jiji naik ke atas mejaku. “Tania, Tiara, Kalian kenapa sih selalu aja makan, cerita, pulang pun berdua.” interogasinya.
“Emang kenapa? Apa mu terganggu Ji? Yang lain masalah juga kah?.” tanyaku sedikit emosi. “Apa pernah kalian dengar kami gibahin kalian, trus apa dong masalah buat kalian? Ngapain kamu nanya gitu Ji. Kesan mu ngomong gitu sedikit menyentil loh Ji. Dan maaf aja yah soal bercerita sama kalian belum bisa, ku gak tau apa kalian ini ember apa bukan, apa kalian peduli dengan ceritaku yang mungkin gak sefrekuensi dengan kalian.” Tania ikut terbawa emosi dengan kelakuan Jiji.
“Oh satu lagi, tolong sedikit sopan yah, untung gak ada guru ngelintas depan kelas” ucap Tania memukul meja lumayan keras.
“Bentar ada lagi, privasiku hanya orang tertentu yang boleh tau. Jadi tolong mengerti aja, kita satu kelas, kita semua teman, jadi mending kita saling memberi kesan yang baik aja yah.” jelasku yang memang gak pengen bikin masalah dan biar tidak ada yang merasa didiskriminasi.
Keesokan pagi jam pertama sama walas, Bu Wal bertanya soal masalah kami kemarin. Ternyata probleman kami kemaren sampe ke telinga Bu Wal.
“Salah satu dari kalian tolong jelaskan rinci keributan di kelas kemarin. Ibu tidak ingin ada keributan antar anak asuh Ibu. Tidak ada pengelompokan dan geng-gengan.” jelas Bu Wal.
“Baik Bu, biar Tiara terangkan masalah kemarin”, jawabku.
Setelah mendengar penjelasan dariku tidak ada sanggahan dari teman karena yang kusampaikan seperti adanya. “Oke Bu Wal simpulkan, kalian pengen Tiara dan Tania terbuka, transparan dengan kalian, benar?” Bu Wal. “Iya Bu, benar.” jawab mereka sebagian.
“Dulu Bu Wal juga pernah remaja seperti kalian, memang benar kita bercerita lebih sering pada teman yang kita percaya seperti seorang sahabat. Tapi Tiara sama Tania jangan berdua aja terus, kalian semuanya harus bersosialisasi antar satu sama lain, ngumpul bareng-bareng, saling mencurahkan. Bukan berarti Bu Wal meminta pada anak didik Ibu membicarakan masalah pribadi ya. Seperti status keluarga, tapi biasakan mengangkat topik umum yang dibahas siswa remaja, supaya suasana kelas ramai hingga nantinya tercipta rasa kekeluargaan. Kalian saling dekat satu sama lain, damai dan ramai. Bu Wal sebagai walas pun senang, bisa dimengerti dan laksanakan ya nak.” terang Bu Wal memberi pengertian. “Iya bu, mengerti.”
Saat pulang sekolah kami saling meminta maaf dan bertekad akan membangun suasana kelas lebih hidup dan menghindari pertengkaran. Setelah kejadian di kelas suasana kelas memang lebih ramai, lebih banyak canda tawa, lebih toleran antar teman karena semua telah sadar, suatu hubungan yang baik dimulai dari kerjasama yang lebih baik.
TAGS :
contoh cerpen persahabatan sejati beserta pengarangnya
contoh cerpen singkat persahabatan sejati
contoh cerpen persahabatan sejati beserta strukturnya
contoh cerpen persahabatan panjang
cerpen b.indonesia tentang persahabatan
contoh cerpen sahabat sejati singkat
cerpen persahabatan sejati singkat