Puisiku Sendiri: Curahan Hati yang Tak Pernah Bohong
Puisi adalah cermin hati. Ia lahir dari bisikan terdalam, dari rasa yang sering sulit terucap. Saat kata-kata biasa tak lagi cukup, maka jadilah puisi—jujur, tulus, apa adanya.
Berikut adalah 10 puisiku sendiri dari hati terdalam. Semoga bisa menjadi cermin, penghibur, atau bahkan penguat dalam perjalanan hidupmu.
Puisiku Sendiri dari Hati Terdalam
1. Aku dan Sunyi
Di antara malam yang lengang,
aku duduk bersama sunyi.
Tak ada kata, hanya rasa,
yang menari dalam dada.
Sunyi bukan musuh,
ia adalah kawan yang setia.
Mengajarkanku arti damai,
di tengah luka yang tak terucap.
2. Hati yang Tak Pernah Bohong
Aku bisa tersenyum pada dunia,
namun hatiku tetap berkata jujur.
Di dalamnya ada luka,
ada rindu, ada cinta yang tak sampai.
Hati ini mungkin rapuh,
tapi ia tak pernah berbohong.
Setiap denyutnya adalah puisi,
lahir tanpa pernah aku paksa.
3. Rindu yang Tersisa
Ada rindu yang tak pernah reda,
meski waktu telah berjalan jauh.
Ia tinggal diam di sudut hati,
seperti bintang yang enggan padam.
Aku merangkulnya dalam diam,
menyebut namamu tanpa suara.
Rindu ini adalah puisiku,
yang hanya Tuhan bisa mengerti.
4. Aku Belajar Ikhlas
Ikhlas bukanlah mudah,
ia butuh waktu, butuh air mata.
Aku belajar melepaskan,
tanpa membenci, tanpa mengutuk.
Karena setiap kehilangan,
selalu meninggalkan ruang baru.
Dan aku percaya,
ruang itu akan diisi cahaya.
5. Doa yang Tersembunyi
Tak semua doa terucap,
ada yang hanya berbisik dalam hati.
Aku menitipkannya pada langit,
pada bintang yang tak pernah jatuh.
Doa itu sederhana,
semoga kau bahagia meski tanpaku.
Karena cinta sejati bukan memiliki,
tapi merelakan dengan tulus.
6. Aku Pernah Jatuh
Aku pernah jatuh begitu dalam,
pada orang yang tak menggenggamku.
Aku pernah berharap,
pada janji yang tak pernah ditepati.
Namun dari jatuh itu,
aku belajar berdiri.
Bahwa luka bisa menjadi guru,
dan kecewa adalah jalan menuju dewasa.
7. Suara dari Dalam Jiwa
Kadang aku tak perlu musik,
karena hatiku sudah bernyanyi.
Ia menyanyikan kerinduan,
juga keperihan yang samar.
Suara itu hanya aku yang tahu,
tak semua bisa memahaminya.
Dan biarlah,
karena itulah aku yang sebenarnya.
8. Cermin Diri
Aku menatap cermin,
bukan hanya wajah yang terlihat.
Tapi luka, bahagia,
dan cerita yang tersimpan rapat.
Aku belajar menerima diriku,
dengan segala lebih dan kurang.
Karena aku sadar,
aku pantas dicinta meski sederhana.
9. Malam Terakhirku
Jika malam ini adalah yang terakhir,
biarlah aku menulis puisi ini.
Agar dunia tahu,
aku pernah benar-benar merasa hidup.
Malam bukan sekadar gelap,
ia adalah kanvas untuk doa.
Dan aku, hanyalah penyair kecil,
yang menitipkan jiwa pada kata.
10. Aku yang Baru
Dari luka aku belajar kuat,
dari kecewa aku belajar bijak.
Aku bukan lagi yang dulu,
aku tumbuh dari air mata.
Kini aku tersenyum pada dunia,
bukan karena tak lagi terluka.
Tapi karena aku tahu,
aku sudah jadi aku yang baru.
Penutup
Puisi adalah jalan untuk mengenal diri sendiri. Dari sepuluh puisiku sendiri dari hati terdalam di atas, kita bisa melihat bahwa setiap rasa layak diabadikan: rindu, luka, ikhlas, maupun doa.
✨ Jadi, jangan takut menulis. Biarkan kata-kata sederhana lahir dari hati, karena di sanalah kejujuran sejati berada.
.jpg)
.jpg)