📖 Pengantar
Teknologi hadir seperti pisau bermata dua. Ia bisa menjadi cahaya, tapi juga bayangan yang menelan nurani. Kehadirannya membuat dunia terasa lebih dekat, namun kadang hati justru terasa jauh.
Dalam kumpulan puisi bebas rima bertema teknologi ini, kita akan melihat tiga sisi besar: kritik sosial terhadap teknologi, harapan untuk masa depan digital, dan cinta yang tumbuh di balik layar.
🌌 Puisi Bebas Bertema Teknologi
1. Suara Mesin, Sunyi Manusia (Kritik)
Mesin berbicara,
cepat, padat, penuh logika.
Namun manusia perlahan kehilangan bahasa,
hanya jempol yang bicara.
Kita sibuk dengan algoritma,
tapi lupa dengan pelukan.
Teknologi menyalakan dunia,
tapi meredupkan jiwa.
2. Kehidupan dalam Notifikasi (Kritik)
Bunyi ting adalah nyanyian baru,
membangunkan hati yang candu.
Kita menunggu pesan lebih dari tatapan,
kita mengejar likes lebih dari pelukan.
Apakah kita masih hidup?
Ataukah hanya menunggu bunyi notifikasi berikutnya?
3. Harapan di Kabel Serat Optik (Harapan)
Di balik kabel,
ada mimpi yang berlari.
Jarak ribuan kilometer
menjadi sekadar detik di layar.
Aku percaya,
teknologi bisa jadi jembatan,
bukan jurang.
Jika kita menggunakannya dengan hati.
4. Cinta di Balik Pixel (Cinta Digital)
Aku mengirim kata sederhana,
dan kau membalas dengan senyum emoji.
Tak ada suara,
tapi aku mendengar hatimu.
Jarak adalah maya,
tapi cinta tetap nyata.
Pixel merah berbentuk hati,
tak kalah tulus dari pelukan asli.
5. Manusia Virtual (Kritik)
Foto dipoles,
senyum dipalsukan,
hidup dipamerkan.
Di balik layar,
ada luka yang disembunyikan.
Apakah kita benar-benar manusia?
Atau hanya avatar dengan nama palsu?
6. Harapan Anak Digital (Harapan)
Aku ingin dunia maya
tak hanya jadi pasar
atau panggung pameran,
tapi ruang belajar,
ruang berbagi,
ruang mencipta kebaikan.
Jika masa depan adalah digital,
semoga ia juga manusiawi.
7. Cinta Jarak Jauh (Cinta Digital)
Aku di sini,
kau di sana.
Namun layar menjembatani
kerinduan kita.
Kita tidak bisa menggenggam tangan,
tapi kita bisa menggenggam janji.
Bahwa jarak hanya angka,
bukan alasan untuk menyerah.
8. Algoritma yang Membutakan (Kritik)
Kita digiring,
tanpa sadar,
ke ruang yang algoritma pilihkan.
Apakah ini kebebasan?
Atau penjara baru
dengan dinding tak terlihat?
9. Doa di Era Digital (Harapan)
Aku berdoa,
bukan di altar batu,
bukan di ruang sunyi,
tapi di tengah dunia maya.
Semoga teknologi tak hanya pintar,
tapi juga bijak.
Semoga manusia tak hanya sibuk,
tapi juga peduli.
10. Pelukan yang Tertunda (Cinta Digital)
Kau bilang “sebentar lagi kita bertemu”,
tapi jarak masih menjadi bayangan.
Namun aku percaya,
teknologi bukan hanya pengganti.
Ia adalah janji,
bahwa suatu hari nanti,
pelukan ini akan nyata.
🎯 Penutup
Sepuluh puisi bebas rima bertema teknologi ini menggambarkan wajah zaman digital: ada kritik yang pedas, ada harapan yang hangat, dan ada cinta yang lahir dari layar.
Teknologi memang mengubah cara kita hidup,
tapi jangan sampai ia mengubah cara kita mencintai dan berempati.
✨ Jika kamu merasa tersentuh oleh puisi-puisi ini, bagikan kepada temanmu. Biarkan kata-kata ini jadi pengingat: teknologi hanyalah alat, hati manusialah yang tetap memegang kendali.
.jpg)
.jpg)